Rabu, 23 Februari 2011

Kemasan makanan yang aman

Makanan dan kemasan pembungkusnya adalah satu paket yang saling berkaitan. Ketika kita memutuskan membeli produknya secara otomatis kita akan mendapat “bonus” kemasannya. Tetapi marilah kita berpikir seputar “bonus” tersebut. Apa yang akan kita lakukan sesampainya dirumah? Sehingga tidak begitu saja berakhir di keranjang sampah.  Saat ini kemasan produk makanan sangat beragam dan semakin menarik perhatian.
Dahulu, orang-orang hanya memanfaatkan daun sebagai kemasan pembungkus (contohnya daun pisang dan daun jati)  tetapi seiring dengan kemajuan jaman dan pola berpikir manusia yang lebih nyaman dengan segala sesuatu yang berbau kepraktisan serta didukung dengan kemudahan mendapatkan bahan-bahan  kemasan produksi pabrik dibandingkan  dengan kemasan yang berasal dari alam, yaitu daun.
Ada begitu banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada
makanan, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan ..

Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya. Kemasan makanan yang perlu anda waspadai adalah:
Kertas
Beberapa kertas kemasan dan non-kemasan (kertas koran dan majalah) yang
sering digunakan untuk membungkus makanan, terdeteksi mengandung timbal
(Pb) melebihi batas yang ditentukan.
Di dalam tubuh manusia , timbal masuk melalui saluran pernapasan atau tangan kita. pencernaan menuju sistem peredaran darah dan kemudian menyebar ke berbagai jaringan lain, seperti: ginjal , hati, otak, saraf dan tulang.
Keracunan timbal pada orang dewasa ditandai dengan gejala 3 P, yaitu
pallor (pucat), pain (sakit) & paralysis (kelumpuhan) . Keracunan
yang terjadipun bisa bersifat kronis dan akut.
Untuk terhindar dari
makanan yang terkontaminasi logam berat timbal, memang gampang-gampang susah. Banyak makanan jajanan seperti pisang goreng, tahu
goreng dan tempe goreng yang dibungkus dengan Koran atau kertas bekas  karena pengetahuan yang kurang dari si penjual dan juga karena alasan ekonomis,
padahal bahan yang panas dan berlemak mempermudah berpindahnya timbal makanan tsb.
Styrofoam
Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah menjadi salah satu
pilihan yang paling populer dalam bisnis pangan.
Tetapi, riset terkini membuktikan bahwa styrofoam diragukan keamanannya. Styrofoam yang dibuat dari kopolimerstyren ini menjadi pilihan bisnis pangan karena
mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat
dipegang. Selain itu, juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman, serta ringan.
Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan
bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat
menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang
terjadi akibat adanya gangguan pada system endokrinologi dan reproduksi
manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan.
Tas Plastik Berwarna HItam
Berpikirlah ulang untul membeli makanan yang masih panas seperti gorengan bila makanan tersebut langsung bersentuhan dengan kemasan plastiknya.
Tas plastik atau yang akrab kita kenal dengan tas kresek berwarna hitam ini sangat tidak aman bila digunakan sebagai pembungkus makanan panas.
Sama halnya dengan pembungkus kertas, kondisi panas akan sangat mempermudah perpindahan timbale ke dalam makanan, bahkan tidak jarang kita jumpai tas kresek hitam (dalam kondisi baru) yang mengeluarkan bau tajam.
Marilah mulai sekarang kita cermat memilih kemasan makanan dan mempraktekan dalam keseharian kita. Tidak ada salahnya membawa wadah sendiri ketika akan membeli makanan tersebut sebagai  usaha preventive kita.
Tulisan diatas bukanlah isu yang baru, sebagian dari anda yang membaca posting ini mungkin sudah mengetahui mengenai jenis-jenis kemasan makanan yang berbahaya bagi kesehatan. Tetapi saya yakin 7 dari 10 orang masih melakukannya.

1 komentar:

  1. Saya setuju dengan kemasan atau Dus Makanan yang seperti itu. Trims untuk artikelnya.

    BalasHapus