L. Jenthoven & Schace 1886 di pilar penyangga selasar stasiun |
Stasiun Tugu Yogyakarta mungkin adalah satu-satunya stasiun yang paling strategis di Indonesia. Letak stasiun ini terletak tepat di jantung kota dan dekat dengan berbagai objek wisata menarik. Turun dari kereta di stasiun ini, kita tak perlu membuang waktu untuk sampai di kawasan Malioboro. dan sebaliknya bila ingin menikmati perjalanan ke kota Solo, bisa kita tempuh dengan perjalanan kurang lebih satu jam menggunakan Kereta Pameks.
Stasiun Tugu bukanlah Stasiun pertama yang ada di Yogyakarta, Stasiun ini beroperasi sejak 2 Mei 1887, sekitar 15 tahun setelah Stasiun Lempuyangan. Bukti nyata yang menunjukkan berdirinya Stasiun ini masih bisa kita temui pada pilar-pilar penyangga selasar stasiun. Ukiran yang bertuliskan L. Jenthoven & Schace 1886 terdapat pada setiap pilar yang ada.
Keunikan Stasiun ini memiliki beberapa nama, secara resmi bernama Stasiun Yogyakarta, tapi karena terletak tepat berada di selatan Tugu, orang lebih mengenal Stasiun Tugu. selain itu ada pula yang menyebut Stasiun Gowongan,karena bila kita berjalan dari arah malioboro akan terlihat gowong (lubang) bawah tanah tepat diatas jalur pejalan kaki.
Stasiun Yogyakarta 09/27/2011 |
Awalnya, stasiun ini hanya digunakan untuk transit kereta pengangkut hasil bumi dari daerah di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Namun sejak 1 Februari 1905, stasiun ini mulai digunakan untuk transit kereta penumpang.
Jalur luar kota pertama dibangun tahun 1899, menghubungkan Yogyakarta dan Surakarta.
Begitu turun dari kereta kita akan disambut pesona arsitektur Art deco abad 19, berupa komposisi simetris dengan bagian tengah yang merupakan pintu masuk utama sebagai pusat perhatian, serta perpaduan garis-garis vertikal dan horizontal sebagai pemberi karakter bangunan. Kemegahan itu hingga sekarang masih terjaga dan dipertahankan keasliannya dari depan.
Stasiun ini masih mempertahankan fungsinya sebagai tempat perawatan kereta, berbeda dengan stasiun besar umumnya yang kini hanya sebagai tempat transit. Karenanya, kita bisa berkelana ke sudut-sudut stasiun untuk dapat menyaksikan aktivitas para montir kereta serta menelusuri jejak ketuaan stasiun kereta ini.
Bila menuju ke bagian barat stasiun, kita akan menemui tempat perbaikan lokomotif kereta. disana kita bisa mengamati secara detail setiap komponen yang ada di lokomotif. Bahkan, kita bisa mengamati mesin dari bawah karena ada sebuah tangga menuju bagian bawah lokomotif yang 'diparkir'. Tak jauh dari situ, terdapat patung kereta kuno berwarna hitam yang juga menarik untuk dinikmati.
Berjalan sedikit ke selatan, kita dapat menemui tempat perbaikan gerbong kereta. Meski tak bisa masuk, paling tidak bisa sedikit mengintipnya dari pagar-pagar besi berwarna putih biru yang mengelilinginya. Memandang ke atas, akan terlihat sebuat onderdil kereta yang diletakkan di menara berwarna kuning. Onderdil itu adalah derek penyambung gerbong kereta yang telah digunakan sejak jaman Belanda. Bila berjalan lagi ke utara, maka akan ditemui para petugas pembersih kereta.
Jalur luar kota pertama dibangun tahun 1899, menghubungkan Yogyakarta dan Surakarta.
Begitu turun dari kereta kita akan disambut pesona arsitektur Art deco abad 19, berupa komposisi simetris dengan bagian tengah yang merupakan pintu masuk utama sebagai pusat perhatian, serta perpaduan garis-garis vertikal dan horizontal sebagai pemberi karakter bangunan. Kemegahan itu hingga sekarang masih terjaga dan dipertahankan keasliannya dari depan.
Stasiun ini masih mempertahankan fungsinya sebagai tempat perawatan kereta, berbeda dengan stasiun besar umumnya yang kini hanya sebagai tempat transit. Karenanya, kita bisa berkelana ke sudut-sudut stasiun untuk dapat menyaksikan aktivitas para montir kereta serta menelusuri jejak ketuaan stasiun kereta ini.
Bila menuju ke bagian barat stasiun, kita akan menemui tempat perbaikan lokomotif kereta. disana kita bisa mengamati secara detail setiap komponen yang ada di lokomotif. Bahkan, kita bisa mengamati mesin dari bawah karena ada sebuah tangga menuju bagian bawah lokomotif yang 'diparkir'. Tak jauh dari situ, terdapat patung kereta kuno berwarna hitam yang juga menarik untuk dinikmati.
Berjalan sedikit ke selatan, kita dapat menemui tempat perbaikan gerbong kereta. Meski tak bisa masuk, paling tidak bisa sedikit mengintipnya dari pagar-pagar besi berwarna putih biru yang mengelilinginya. Memandang ke atas, akan terlihat sebuat onderdil kereta yang diletakkan di menara berwarna kuning. Onderdil itu adalah derek penyambung gerbong kereta yang telah digunakan sejak jaman Belanda. Bila berjalan lagi ke utara, maka akan ditemui para petugas pembersih kereta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar