ini adalah posting setahun lalu pada blog lama saya.....
Di penghujung rangkaian event Surabaya Shopping Festival 2010 terselip sebuah event yang sudah cukup lama saya nanti. Yaaaa… sebuah bookfair dan kali ini bertemakan Cultural Heritage Of Surabaya. Sebuah kesempatan “langka” untuk mengisi rak buku sekaligus saatnya hunting mencari buku yang selama ini sudah diincar berharap ikut mendapatkan sale.
sebagai langkah awal, stan buku dari gramedia yang menjadi pilihan pertama untuk di kunjungi. menempati space yang paling luas sekaligus menawarkan banyak buku disana. diskon yang ditawarkan rata-rata sebesar 20% untuk buku yang terbilang baru dan buku-buku bermutu yang di dalam keranjang “sale” bisa diperoleh dengan harga Rp. 10.000.- hingga Rp. 20.000.-
Walaupun begitu tidak semua yang ditawarkan disini semuanya adalah buku-buku yang mendapatkan potongan harga. Ada beberapa buku tertentu yang tidak di diskon tapi menawarkan hadiah langsung bagi pembelinya.
sebagai langkah awal, stan buku dari gramedia yang menjadi pilihan pertama untuk di kunjungi. menempati space yang paling luas sekaligus menawarkan banyak buku disana. diskon yang ditawarkan rata-rata sebesar 20% untuk buku yang terbilang baru dan buku-buku bermutu yang di dalam keranjang “sale” bisa diperoleh dengan harga Rp. 10.000.- hingga Rp. 20.000.-
Walaupun begitu tidak semua yang ditawarkan disini semuanya adalah buku-buku yang mendapatkan potongan harga. Ada beberapa buku tertentu yang tidak di diskon tapi menawarkan hadiah langsung bagi pembelinya.
Dari sekian banyak tawaran buku yang ada, ada satu buku yang sangat menarik perhatian kami, mungkin ini adalah satu-satunya buku termahal di area ini. Sebuah buku dengan hard cover berwarna coklat yang setelah diamati itu ternyata sebuah kamus besar bahasa Indonesia keluaran Departemen Pendidikan Nasional dengan harga Rp. 375.000.- kenapa kamus bahasa Indonesia ini bisa semahal ini??? Harganya berkali-kali lipat dibandingkan kamus bahasa asing lainnya.
Rasa penasaran masih berputar-putar selama saya berkeliling area book fair, rasa penasaran yang memicu timbulnya pertanyaan-pertanyaan dipikiran saya. Bahkan sampai hari ini, kurang lebih selama dua minggu saya masih memikirkan dan sempat menangguhkan tulisan ini untuk sementara.
lalu siapa yang akan mampu membelinya. Sudah tentu hanya kalangan terbatas saja. Lalu bagaimana dengan nasib anak-anak masa sekolah bahkan kalangan umum seperti saya yang merasa memerlukan kamus bahasa Indonesia tersebut???
Lalu faktor apakah yang mampu menjawab rasa penasaran saya akan mahalnya Kamus yang dikeluarkan Departemen Pendidikan Nasional, institusi yang membidangi masalah pemerataan pendidikan di negeri ini. lalu siapa yang mampu membelinya. Sudah tentu hanya kalangan terbatas saja. bagaimana dengan anak-anak masa sekolah bahkan kalangan umum seperti saya yang merasa memerlukan kamus bahasa Indonesia, bahasa kami sendiri. Dari beberapa artikel yang saya browsing -mengenai “kelangkaan” kamus bahasa Indonesia-, karena harga yang relative mahal, kepemilikan kamus sistematis ini rata-rata hanya dimiliki oleh lembaga-lembaga tertentu atau instansi-instansi formal dan informal yang berkepentingan. Keberadaannya pun hanya dijumpai di perpustakaan dan sudah pasti tidak boleh dibawa pulang.
Seiring dengan kemajuan informasi seperti saat ini, Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI On Line sudah bisa di akses. Tapi kembali lagi pada pemerataan pendidikan di Indonesia. Apakah sudah semuanya mempu mengoperasikan Internet?
Bukannya saya menyalahkan sebuah institusi, hanya saja kenapa harganya bisa sedemikian mahal. lalu faktor-faktor apakah yang membuat harga kamus Bahasa Indonesia itu menjadi mahal ???
Seiring dengan kemajuan informasi seperti saat ini, Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI On Line sudah bisa di akses. Tapi kembali lagi pada pemerataan pendidikan di Indonesia. Apakah sudah semuanya mempu mengoperasikan Internet?
Bukannya saya menyalahkan sebuah institusi, hanya saja kenapa harganya bisa sedemikian mahal. lalu faktor-faktor apakah yang membuat harga kamus Bahasa Indonesia itu menjadi mahal ???
Semahal itukah harga susunan sistematis , ketelitian dan kecermatan ahli-ahli bahasa kita ?
Atau
Apakah karena biaya produksi dalam menampilkan kamus yang “bergengsi” dengan balutan hardcover yang gagah semata? Hmm… saya rasa bukan ini jawabannya.
Saya masih belum dapat menemukan penjelasan dan jawaban yang masuk akal akan pertanyaan ini……. Ooohhh susah dan repotnya belajar bahasaku sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar